Tampilkan postingan dengan label Alam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Alam. Tampilkan semua postingan
Peresmian Home Base KPA Wonosobo di Mendolo

Peresmian Home Base KPA Wonosobo di Mendolo

Pada malam minggu tepatnya tanggal 4 Mei 2019 komunitas kami yang bernama Payos mengunjungi sebuah acara peresmian Home Base KPA (Komunitas Pecinta Alam) se-Wonosobo yang bertempat di Gerbang Terminal Mendolo.

Adapun susunan acaranya sebagai berikut :

Sabtu 04 Mei 2019
14.00 - 19.00 : Peresmian+Simaksi
19.00 - 20.00 : Sambutan
20.00 - 20.30 : Potong tumpeng
20.30 - 23.00 : Akustik
23.00 -            : Istirahat

Minggu 05 Mei 2019
04.00 - 05.00 : Sholat
05.00 - 06.00 : Persiapan
06.00 - 07.00 : Senam pagi
07.00 - 08.00 : Sarapan
08.00 - 10.00 : Materi
10.00 - 12.00 : Bersih2
12.00 - 13.00 : Sayonara

Dengan menghadiri acara tersebut setiap Peserta di usahakan menggunakan pakaian pendakian (Rimba) dan juga setiap peserta/kelompok di wajibkan membawa peralatan Camp.

foto bersama komunitas

Disana dihadiri oleh lebih dari 20 komunitas pecinta alam se Wonosobo, kami bisa ngobrol bareng, saling sapa hingga mendapatkan teman baru. Yang kami suka pada acara ini adalah adanya materi yang sangat bermanfaat dari senior tentang pentinggnya bekal pengetahuan bagi para pendaki gunung.

Satu hal yang saya ingat hingga sekarang pesan dari pemateri adalah ketika kita mau muncak tidak boleh panik atau buru-buru dan juga jangan egois ketika berada di gunung. Sebagai pemula seperti kami sangatlah berterima kasih kepada semua panitia penyelenggara acara tersebut sehingga menambah wawasan dan bertambah silaturohmi antar komunitas dan sesama individu.

Penutup
Saya sebagai admin tidak bisa menyampaikan lebaih banyak hal lagi mengenai isi acara tersebut, setidaknya susunan acar di atas sudah bisa menggambarkan meriahnya peresmian home base KPA Wonosobo. Terlebih minimnya informasi yang kami peroleh karena kuranganya persiapan yang matang, intinya dari Payos sudah bisa menghadiri acara dari awal hingga selesai.

Sekian, salam lestari :)


Mendaki Gunung Slamet Saat Musim Hujan, Pilih Jalur yang Tepat

Mendaki Gunung Slamet Saat Musim Hujan, Pilih Jalur yang Tepat

Saat musim hujan pastinya kapasitas pendaki akan menurun dibandingkan dengan saat cuaca terang. Tidak hanya digunug terkenal seperti Prau, Slamet pun begitu. Memasuki musim hujan, jumlah pendaki Gunung Slamet via jalur Bambangan, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah selalu menurun drastis. Akan tetapi pasti ada saja dari luar kota yang mendaki.

Menurunnya jumlah pengunjung selalu dinformasikan oleh Basecam setempat. Misalnya kalau dituliskan dalam bentuk data, pada Bulan Oktober tidak ada 1.000 pendaki, sebelumnya (September) bisa mencapai 1.291 pendaki, bahkan pas Agustus sampai 4.312 pendaki, ini sudah menunjukkan perbedan yang sangat jelas seiring pergantian musim.

Saat musim hujan pastinya kebanyakan pendaki lebih memilih gunung dengan tinggi yang ideal seperti Bismo, gunung Kembang, atau ke sebuah bukit.

Gunung Slamet memiliki ketinggian 3.428 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini memang selalu menjadi destinasi bagi para pendaki baik domestik maupun mancanegara. Jalur Bambangan yang selalu ramai sebagi jalur favorit, berdasarkan data tercatat bisa mencapai 18.683 pendaki yang mendaftar melalui jalur Bambangan.

Saat musim hujan selalu diingatkan buat para pendaki Gunung Slamet yang berencana untuk melakukan perjalanan via Bambangan supaya mempersiapkan perbekalan terutama ponco dan tenda dengan lengkap.

puncak gunung slamet

Jalur Menuju Gunung Slamet via Bambangan

Berikut ini telah kami tulis jalur transportasi umum untuk bisa sampai menuju Basecamp Bambangan, Gunung Slamet, Purbalingga :

1. Buat pendaki yang menggunakan mode transportasi umum kereta dapat berhenti di Stasiun Purwokerto.

Sedangkan untuk pengguna bus dapat langsung turun di Terminal Purbalingga maupun Bobotsari.

2. Sesudah kita sampai di Stasiun Purwokerto atau Terminal Purwokerto, pendaki dapat menyewa angkutan umum dengan negosiasi tarif yang disesuaikan dengan jumlah rombongan. Jadi semakin banyak orang tarifnya juga lebih besar.

Kebanyakan angkutan trayek yang disewa berkisar antara Rp 300.000 sampai Rp 400.000 satu rombongan. Untuk perjalanannya dari Stasiun Purwokerto sampai Bambangan membutuhkan waktu sekitar 2-3 jam.

3. Selain menyewa angkutan umum, pendaki juga bisa lebih dulu menggunakan bus Rp 10.000 sampai Terminal Purbalingga atau dengan Rp 15.000 untuk sampai di Terminal Bobotsari.

4. Dari Terminal Purbalingga, berikutnya pendaki dapat menyewa jasa angkutan non-trayek (plat hitam) untuk mencapai Basecamp Bambangan.

Kendaraan non taryek ini banyak ditemui baik dari terminal maupun dari Simpang Serayu, Mrebet dengan tarif  sekitar Rp 150.000 - Rp 250.000 per rombongan.

5. Setelah sampai di Basecamp Bambangan, pendaki akan dikenakan biaya antara lain: Simaksi pendakian Rp 15.000/hari, Perhutani Rp 5.000, Parkir sepeda motor Rp 10.000/pendakian, atau parkir mobil Rp 50.000/pendakian.

Nah demikian tips jalur pendakian ke gunung Slamet saat musim hujan melalui Bambangan sebagai jalur terfavorit para pendaki. Mengenai tarif kendaraan, biaya registrasi dan lain-lain sewaktu-waktu dapat berubah itu hanya perkiraan yang terpenting kalian sudah bisa membayangkan banyaknya biaya yang harus dikeluarkan.
Cerita Mendaki Gunung Slamet 3428 Mdpl

Cerita Mendaki Gunung Slamet 3428 Mdpl


Mendaki gunung bagi kami adalah suatu hal yang menyenangkan, selain melepas rasa penat dengan aktivitas rutin bekerja sehari-hari. Di gunung kita bisa merasa lebih dekat dengan alam dan juga sang Maha Pencipta Allah S.W.T. Kali ini kami melakoni perjalanan ke sebuah gunung tertinggi di Jawa Tengah.

Gunung Slamet yang memiliki ketinggian 3428 meter diatas permukaan laut (Mdpl)  ini merupakan rajanya gunung Jawa Tengah, salah satu impian kami dari kecil adalah bisa sampai ke puncaknya   Bagaimana tidak, gunung Slamet ini lokasinya ada di beberapa  kabupaten, salah satunya Kabupaten Purbalingga, yang mana Purbalingga ini deket sekali sama Wonosobo, dan Wonosobo adalah kota kelahiran kami.

Kalau dilihat dari tempat kami berteduh, gunung Slamet  ada di depan mata selama 17 tahun kami hidup di kampung. Akan tetapi, belum pernah sekalipun kami manjat gunung ini. Untuk menghilangkan rasa penesaran, maka kami memutuskan untuk memanjat gunung Slamet.

Hingga akhirnya, cita-cita kami terwujud juga di akhir awal Oktober kemarin.
Kali ini kami mendaki  hanya bertiga bareng sama temen saya yang bernama Adit dan Jarwo, ternyata di basecamp bertume dua orang pendaki asal Jogja yang bernama bang Ibnu dan satunya kami lupa namanya, hahaha namuanya juga manusia. Yang namanya manjat sama mereka, hampir dipastikan dari awal sampai akhir ada aja dramanya, namun disini tidak  mau cerita drama itu, biarkan itu semua menjadi rahasia kita, lagian nanti ceritanya tambah kepanjangan.

Nah kita cerita  langsung dari basecamp Bambangan di Purbalingga. Sampai disana langsung bertemu banyak banget orang, saya langsung lemes danan males. Ternyata gunung Slamet sudah serame Gunung prau Dieng, ini mungkin efek karena baru dibuka.

Usai persiapan, daftar  Simaksi, meli makanan buat di perjalanan, akhirnya, kami bisa menjejakkan langkah ke Gunung Slamet. Dalam hari  merasa, ini gunung bakalan keren banget!

Jalur pendakian awal didominasi ladang penduduk, banyak banget sayur mayuran kanan kiri jalan. Bahkan ada tomat merah-merah menjuntai dari rantingnya, goyang-goyang terkena sapuan lembut angin.

Lupakan tomat dan sayuran tadi. Saatnya melangkah lagi dengan penuh semangat. Semakin ke atas, jalur pendakian gunung Slamet dibilang makin sialan. Ini gunung beneran tidak punya belas kasihan. Dari awal, kami sudah manjat ada kali 45 derajat Intinya bikin pinggang lecet. Padahal belum sampe pos satu. Yang paling kami benci lagi adalah debunya tebel banget.

Sesampai di pos 1, ada warung gorengan, semangka, kopi,  camilan, semua ada. Jangan sedih, pedagang ini akan terus ada bahkan sampai pos 5. pokokna Dimana ada kerumunan, di sana ada pedagang. Yah, mau gimana lagi, namanya juga cari nafkah. Mungkin yang kami sebel adalah, dengan adanya pedagang-pedangang ini, gunung jadi gak begitu menantang lagi. Juga sampah ada dimana-mana  sampah ini memang selalu jadi momok yang menyebalkan.

Tentang jalur tidak ada ampun banget dari bawah sampe atas semua hampir sama nanjaknya. Di gunung Slamet kita bener-bener mendaki. Tanpa ampun, dari basecamp sampe pos 1 kita hitung sejam lebih. Pos 1 sampe pos 2 bisa dua jam. Pos 2 sampe pos 3 bisa sejam lebih. Pos 3 sampe pos 4 mungkin cuma setengah jam. Pos 4 sampe pos lima juga cuma setengah jam.

kami yang lebih banyak berhenti baru sampe pos 4 aja jam 4 sore. Padahal jalan dari basecamp jam 10 pagi. Perkiraan bisa sampai pos 5 seharusnya jam 5 sore. Tapi apa daya, jalur pendakian, debu yang terbang kemana-mana, sama ritme jalan  bikin waktu mulur jadi lumayan lama.

Waktu sampai di Pos 4 alias Samarantu alias pos terkenal dengan angkernya ini, kami udah lelah, kepayahan. Rasanya sudah ingin nyerah aja dan mau ngecamp di sini, karena sebenernya pos yang ideal banget buat nancapkan tenda. Karena ingat akan mistisnya ini gunung masih kentel banget, dan pos 4 Samarantu ini merupakan pusatnya, jadi kami putuskan lanjut naik mencari lokasi lain.

Akhirnya kami jalan terus dan nemu pos 5 ternyata sudah penuh, akhirnya ngesot lagi nyampe pos 6, eh ternyata penuh juga. Terpaksa kami jalan lagi menuju pos 7 ahirnya kami dapet tempat kemping tepat diatas pos 7 ditempat yang lumayan bagus.

Meskipun sepanjang pendakian panas sekali dan berkeringat basah, sampe malem pun masih terasa panas, tetapi begitu ngecamp jadi dingin menggigil banget. Alhasil kami hanya langsung mapan tidur ngelingker pake baju dobel, sleeping bag, dan kaos kaki dobel.

Pendakian kami lanjutkan jam setengah empar pagi. Menuju puncak. Tanpa bawa apa-apa kecuali kamera, makanan, dan minuman. Karena kami lagi pengen banget ngeliat sunrise, ane harus lebih buru-buru manjat.

Pendakian seakan tanpa henti ini ane  lanjutkan. Makin ke atas makin kacau jalanannya. Kacau pertama, karena memang  jalurnya nanjak abis. Kacau kedua, tenda dibangun dimana-mana, pas di pos 8 saja kami harus muter-muter mencari jalan karena tenda dipatok di tengah-tengah jalur. Kacau ketiga, banyak banget api unggun. Menang dingin, dingin banget, tapi api unggun inilah perkara utama kebakaran di tengah-tengah musim kering yang melanda gunung-gunung. Aah, semoga mereka yang buat api unggun  tidak lupa matikan apinya.

Melanjutkan mendaki. Tau-tau kami sudah sampe di lokasi pendakian penuh bebatuana yang kelihatanya mudah rontok. Pokoknya jalur  sudah nanjak sekali. Artinya, ini  kami sudah mau sampai puncak.  Tapi dibelakang kami udah muncul semburat cahaya sunrise dan kami segera sampai ke puncak  sebelum kehabisan moment.
7 Tempat Wisata Pantai di Jepara Paling Hits

7 Tempat Wisata Pantai di Jepara Paling Hits

Jepara merupakan sebuah daerah yang berada di Provinsi Jawa Tengah, selain terkenal dengan seorang tokoh pahlawan Nasional R.A Kartini, Jepera juga memiliki tempat destinasi wisata pantai yang hits dan populer. Jika kalian pernah kesana, mungkin tahu atau dengan sebuah nama pantai Karimun Jawa.

Berlibur ke pantai menjadi wisata yang sangat mengasyikan, selain pemandangan yang indah kita juga bermain di pasir ataupun berenang di air laut yang ombaknya tidak besar. Jadi tak heran liburan ke pantai tentu banyak yang menyukainya baik itu wisatawan lokal maupun asing.

Kalau kalian hendak ke Jepara rasanya kurang afdhol jika belum mengunjungi salah satu wisata pantai paling hits yang ada disana. Tapi setidaknya kalian sudah tahu nama pantai, lokasi dan fasilitasnya terlebih dahulu. Berikut 7 tempat wisata pantai paling hits di Jepara.



1. Pantai Kartini
Pantai ini merupakan salah satu pantai paling terkenal di Kabupaten Jepara. Kita bisa mengunjungi Pantai Kartini ini dengan hanya menempuh perjalanan darat sekitar 2.5 km kalau dari Kantor Bupati Jepara. Pantai Kartini yang lumayan ramai dikunjungi oleh masyarakat setiap harinya juga tersedia berbagai wahana permainan yang dibangun untuk mendukung kegiatan wisata disana.

2. Pantai Karimun Jawa
Karimun Jawa merupakan kepulauan di Laut Jawa yang termasuk dalam Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Supaya dapat sampai ke pantai Karimun Jawa, maka para wisatawan lokal maupun asing perlu menempuh perjalanan sejauh 83 kilometer dari kota di Jepara. Sesampai disana selain dapat pemandangan yang eksotis, berbagai aktivitas liburan dapat dilakukan seperti diving, snorkeling, berenang, atau kalian hanya ingin menyusuri pesisir pantai juga silahkan.

3. Pantai Pailus
Pantai Pailus berlokasi di sebuah Desa bernama Karanggondan, Kecamatan Mlonggo. Sebuah Kawasan Pantai Pailus yang terdiri dari hamparan pasir dengan warna putih bersih dan suasananya cukup tenang. Masih sangat terjaga keasriannya sehingga sangat cocok buat dikunjungi bagi anda dan anak-anak sekeluarga maupun bareng sahabat.

4. Pantai Bandengan
Pantai Bandengan  atau ada juga yang menyebuat sebagai pantai Pantai Tirto Samodra, tempatnya tidak jauh dari pusat Kota Jepara dengan jarak tempuhnya sekitar 7 kilometer. Di Pantai Bandengan jua memiliki jenis berwarna putih bersih seperti di pantai Pailus dan air lautnya berwarna kebiruan. Ombaknya yang tenang serta angin tidak begitu kencang, maka pada hari-hari tertentu Bandengan dijadikan tempat festival layang-layang.

5. Pantai Pulau Panjang
Berikutnya sebuah pantai yang berada di sebuah pulau bernama Pulau Panjang, Pulau dengan luas sekitar 19 hektare ini berjarak 2.5 kilometer dari Pantai Kartini, Jepara. Air lautnya sangat jernih, ombaknya tenang, laut dangkal di sekelilingnya, dasar terumbu karang serta pasir yang putih, Pulau Panjang menjadi tempat wisata air yang menarik dan hits.

6. Pantai Blebak
Pantai Blebak ini juga memiliki suasana yang tenang karena belum begitu banyak dikunjungi. Sehingga bisa dipertimbangkan sekali menjadi destinasi wisata pantai pilihan bagi para pengunjung yang suka dengan suasana tenang juga tidak banyak orang. Untuk lokasinya, pantai Blebek memang  cukup jauh dari pusat Kota Jepara. Akan tetapi tak masalah asalkan kalian sudah niat dengan bekal dana yang mencukupi.

7. Pantai Pungkruk
Ke tujuh ada Pantai Pungkruk yang berlokasi di Desa Mojorejo, Kecamatan Mlongo, dengan menempuh jarak sekitar 7 kilometer dari pusat Kota Jepara kita sudah sampai sidana. Bagi kalian yang suka dengan wisata kuliner sambil main ke pantai, Pungkruk dikenal sebagai tempat untuk berburu makanan seafood yang nikmat. Kita bisa mendapatkannya dengan mudah, karena di sekitar pantai terdapat banyak warung makan yang berdiri di atas air.


Selain menikmasi masakan laut, disana juga ada fasilitas becak air untuk kalian pake sewa berkeliling sekitar pantai Pungkruk.

Nah itu dia 7 destinasi wisata pantai di Jepara yang mesti kalian kunjungi salah satu atau beberapa. Semoga informasi yang telah kami sampaikan ini memberi manfaat buat kalian yang lagi menjari tempat liburan ke pantai.
Bukit Sigandul, Jalur Pendakian, & Keindahan Alam

Bukit Sigandul, Jalur Pendakian, & Keindahan Alam


Apakah kalian para pendaki sudah pernah ke Bukit Sigandul? Letaknya di dataran tinggi Temanggung kecamatan Wonoboyo. Lokasinya sebagian besar menawarkan keindahan bagi para pecinta alam seperti pendaki gunung. Gunung atau bukit ini memiliki ketinggian sekitar 2005 meter dari permukaan laut, tentu bisa jadi tempat yang pas buat pendakian.

Mulai start atau basecamp dibukit Sigandul ini setidaknya ada 4 tempat yang sudah diresmikan, antara lain; Jalur via Gelangan Gunung, Bulu, Dedapan, dan Sigandul.

Jalur Pendakian
Yang pertama Gelangan Gunung atau basecamp 99, lokasinya berada di kelurahan Purwosari kecamatan wonoboyo. Kedua via Bulu, kelurahan Rejosari kecamatan wonoboyo, jalur ini tidak begitu melelahkan karena cukup landai, maka sangat direkomendasikan buat pemula. Jika kalian melelui jalur ini akan disuguhkan pesona alam wonoboyo dengan  view gunung sibotak, sindoro, sumbing, merbabu, merapi dan ungaran. Dilanjutkan Pos 2 pendakian ini disajikan gardu pandang di atas area hutan pinus, bisa buat istirahat sejenak sambil foto-foto dahulu. Saat malam hari mata kita tidak hanya bisa menatap gemerlap bintang di langit,  tetapi pemandangan tak kalah indahnya adalah gemerlap lampu di wilayah kabupaten temanggung, serasa lautan yang penuh berlian.

Basecamp yang ketiga adalah via Dadapan, kelurahan Cemoro, kecamatan Cemoro, lewat jalur yang satu ini kita akan disuguhkan dengan keindahan air terjun Ponco Tunggal ditengah-tengah perjalanan. Kemudian lanjutkan perjalanan dan akan melewati bukit perkemahan dibawah hutan pinus yang adem alias sejuk.

Terakhir adalah via basecamp Sigandul kelurahan Cemoro kecamatan Wonoboyo, kabupaten Temanggung, jalur ini satu arah dengan basecamp via Dadapan. Jalur Desa Dadapan dibilang lebih jauh, tapi lewat jalur ini akan banyak spot foto menarik, menjumpai beberapa air terjun, perkebunan kopi, serta puncak Sibonang. Jarak tempuh dari basecamp hingga ke pos 1 Segrimeng cukup jauh, setelah melewati curug dan bumi perkemahan.

Lalu Pos 2 adalah puncak Sibonang, pemandangan di sini sangat indah, terdapat semacam gardu pandang, untuk menikmati pemandangan kota Parakan dari puncak sini. Beristirahat di gardu pandang Pos 2 Sibonang bisa sambil selfi dulu untuk melepas keringat.       
   
Setelah melepas lelah di Pos 2 Sibonang, perjalanan selanjutnya adalah menuju pos 3 yang diberi nama Tanjakan PHP. Dari namanya kedengeran sudah agak nyebelin memang katanya kita bisa bener-bener di php in, soalnya mau menuju puncak aja kita hurus turun dahulu.

Keindahan Alam
Dari Puncak Gunung Sigandul, Gunung Prau yang cantik tampak sangat jelas seperti perahu terbalik. Puncak Sigandul memanjang, tidak begitu luas, tanpa pepohonan, hanya ilalang tinggi.

Dengan demikian jika kalian tertarik mendaki dan berlibur ke bukit sigandul 2005 mdpl, melalui basecamp tersebut yang telah disebutkan. Jangan lupa bawa bekal dan jaga kesehatan tubuh sebelum berangkat mendaki.
Bukit Sikunir (Dieng, Wonosobo) Negeri Atas Awan

Bukit Sikunir (Dieng, Wonosobo) Negeri Atas Awan

Bukit Sikunir Dieng letaknya di Desa Sembungan, bukit ini menjadi salah satu obyek wisata populer di Dataran Tinggi Dieng. Tidak hanya warga lokal, ketika musim liburan Bukit Sikunir semakin ramai dikunjungi wisatawan baik luar daerah hingga mancanegara.

Hingga saat ini sudah lama bukit Sikunir menjadi buah bibir seantero dunia, seiring dengan kemajuan internet dan sosial media, termashur dengan keindahan golden sunrisenya. Setidaknya ada ribuan pengunjung  rela mendaki bukit ini di pagi petang melawan udara dingin yang menusuk sumsum tulang, dengan tujuan menyaksikan detik-detik matahari terbit  dari puncak Bukit Sikunir, yang katanya terindah se Asia.

Lokasi Bukit Sikunir tepatnya itu terletak di Desa Sembungan Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Desa Sembungan ini merupakan desa tertinggi di pulau Jawa, 2.200 meter dari permukaan laut,  tentu ini sudah termasuk ketinggian suatu gunung. Desa ini suhunya sangat dingin, apalagi dibulan Agustus yang bisa menjapai munus derajat celcius, dingin banget kan. Sehingga Bukit Sikunir pun bisa kita sebut bukit di atas gunung.

Mendaki Bukit Sikunir sangat mudah, dari Wonosobo, hanya memerlukan waktu 1 jam saja, pokoknya sangat direkomendasikan bagi pendaki pemula. Tak heran lokasi itu selalu diserbu puluhan orang-orang untuk berlibur. Bagi pendatang baru sesampai di Gerbang Desa Sembungan pastikan selalu perhatikan dan ikuti papan penunjuk jalan, apalagi untuk yang berangkat di masih petang, agar nantinya kamu tidak kesasar.


Kamu juga harus perhatikan supaya tidak tertinggal prosesi matahari terbit, dari kota Wonosobo, jangan lebih dari pukul 03.00 WIB.

Menginjak di Gerbang Desa Wisata Sembungan, berarti kita masih 1.5 km lagi untuk sampai tempat parkir kendaraan kita, dibawah bukit Sikunir. Sebelum lanjut perjalanan kita registrasi dulu atau membeli karcis masuk Bukit Sikunir.tak lama lagi ada loket karcis, tempat membeli karcis untuk naik Bukit Sikunir, sekitar satu jam. Sebelum berngkat, boleh deh kalau kamu masih lapar pergi ke warung dulu, karena di dekat tempat parkir juga ada jajanan khas wonosobo seperti tempe kemul untuk mengisi perut anda sambil pesen segelas kopi.

Langsung saja kita menjat bukit dengan berjalan kaki rame-rame, melewati jalan bebeatuan yang telah dibentuk lebih nyaman untuk pengunjung, juga ada pagar kayu untuk berpegangan. Sebelum sampai puncak yang sesungguhnya ada satu tempat favorit wisatawan asing yaitu Pos sunrise 1. Disukai oleh touris kerena didini belum begitu tinggi, namun matahari yang terbit justru seakan lebih dekat. Sambil menungu terbitnya matahari, kamu bisa pesen secangkir kopi atau jahe, tinggal pesan karena ada yang menjual minuman dan kentang goreng.

Area puncak Sikunir sesunguhnya itu lebih luas dari pada Pos 1, karena luas maka bisa mendirikan tenda. Kita bisa mengetahui mana puncaknya usai melihat dan menemukan gazebo dari kayu yang terdapat ijuk pada atapnya. Ada juga batang pohon kelapa ditancapkan bisa dimanfaatkan buat duduk.

Rasanya penesaran bagamana melihat detik-detik saat matahari muncul dari persembunyiannya, matahari akan terbit dari samping Gunung Sindoro yang cantik tampak besar menjulang, tertatap juga Gunung Merapi dan Gunung Merbabu di kejauhan, menambah keindahan semakin mantab. Ditambah awan yang berada di bawah, menjadikan pengunjung benar-benar merasa sedang berada di negeri atas awan.
Gunung Kembang Wonosobo via Blembem

Gunung Kembang Wonosobo via Blembem


Gunung Kembang atau yang sering dijuluki sebagai anakan gunung Sindoro berada di kabupaten Wonosobo. Walau gunung ini tidak sepopuler ayah dan bundanya yakni Sindoro dan Sumbing akan tetapi gunung ini masih sangat asri sekali dengan hutan yang rimbun. Gunung ini memiliki ketinggian 2340 dan yang menariknya adalah krtinggiannya setiap tahun katanya bertambah, hal ini diakibatkan karena perubahan penumpukan letupan gunung Sindoro.

Selain hutannya yang masih rimbun, Kembang juga terkenal akan banyaknya bunga anggrek. Adanya hewan babi hutan yang menjadi ciri khas, berbagai macam burung, dan hewan lainnya.
Pendakian ke gunung Kembang masih jarang dikarenakan transportasi yang lumayan sulit. Namun sekarang ini telah di buka BaseCam baru pada bulan April 2018 di desa Blembem kecamatan Kertek, letaknya pun cukup strategis karena dekat jalan raya.

Selain via Blembem kita juga bisa melalui jalur Desa Lengkong ataupun Desa Keseneng, Kecamatan Garung. Perjalanan kita kali ini melalui desa Blembem karena kebetulan ini merupakan pertama kalinya dan sekaligus pembukaan jalur baru. 

Saat kami mendaki bisa dibilang gunung kembang ini masih perawan karena belum terlalu terjamah oleh tangan-tangan manusia. Kita pun harus membawa tali rafia untuk menendai jalur dari bawah hingga puncak gunung Kembang yang dilakukan bersama-sama komunitas pendaki Wonosobo.

Jalan masih banyak semak-semak, pepohonan yang tinggi dan jalan yang masih rapat dengan rumput lihar sehingga harus bersama-sama agar tidak salah jalan. Apalagi gnung ini masih sangat kental dengan mistis, itu kami ketahui dari beberapa cerita warga sekitar dan seorang pendaki yang pernah ke Kembang. 

Pendakian Gunung Kembang bisa kita lalui dalam waktu kurang lebih 4 jam saja. Akan tetapi dianjurkan siang hari sebelum dzuhur, sehingga saat malam tiba sudah berada dipuncak. Pendakian malam hari sangat tidak diperbolehkan sudah peraturan dari Basecamp Blembem, selain akan bisa teresat karena minimnya papan petunjuk, di Kembang masih banyak binatang buas berkeliaran seperti Babi hutan.

Sesampai di Puncak Gunung Kembang tempatnya tidak terlalu luas namun tempat mendirikan tenda lebih mudah kita dapatkan dari pada di gunung Bismo, ya kita bisa pasang setidaknya hingga 20 tenda lah. Pemandangan yang megah dan indah, tepat di depan mata terlihat jelas Gunung Sindoro yang berdiri tegak dan tinggi. Sedangkan kalau melihat di sebelah kanan yakni Gunung Sumbing  tampak menjulang dengan gagah.

 
Di puncak terdapat lobang besar yang bisa kita turuni dan melihat ada apa disana. Ternyata kawah mati yang  ditumbuhi rumput hijau dikenal dengan nama “Bimo Pengkok”. Disitu terdapat mata air kecil yang sangat jernih dan bisa kita manfaatkan untuk masak mie kalau persediaan air yang kita bawa sudah habis. Tetapi kalau musim kemarau biasanya akan kering jadi kalian perlu bawa bekal yang lebih banyak lagi.

Berdasarkan cerita penduduk sekitar, Gunung Kembang lebih banyak didaki oleh orang-orang yang ingin bersemedi. Untuk itu kalian jangan heran jika di sekitar kawah mati Bimo Pengkok terdapat sesaji  berupa bunga mawar merah dan putih, ingkung, dupa, buah-buahan yang diletakkan di atas batu maupun di rerumputan. Biasanya ritual tersebut dilakukan pada bulan Suro, biasanya dibulan itu juga rame para pendaki ke Kembang, kalian bisa ikut meramaikan.